Rabu, 24 November 2010

Ice cream yang Jenisnya Semakin Beragam

Setahun belakangan ini, memilih Ice cream terasa lebih membingungkan. Bingung karena kian beragamnya rasa yang ditawarkan. Belum lagi segala 'aksesori' tambahan yang bisa dicampurkan di dalamnya.

Perkembangan kuliner Ice cream ke bentuk yang kian 'rumit' ini paling mudah dilihat di pusat belanja. Restoran dan usaha Ice cream rumahan pun ikut berimprovisasi.

Jika sudah begini, tidak ada jalan lain mengetahui kehebatan perkembangan kuliner Ice cream selain jajal langsung. Selain itu, penampilan Ice cream yang kian 'rumit' menantang indera pengecap.

Salah satu yang menarik dicoba ialah cold stone creamery. Ice cream asal Arizona, AS, ini ada di beberapa pusat belanja wilayah Jakarta Selatan.

Dari gambar di gerai sudah bisa dilihat es krimnya masuk kategori 'rumit' tadi. Es krim itu membumbung dalam cup dari wafle kering bergelombang hingga seperti gunung api meletus.

Namun muntahan batu berganti dengan cokelat, kacang, bahkan ada pisang, crackers, dan bongkahan cake cokelat. Ada 21 macam rasa Ice cream dan 43 campuran (mix-in) lainnya yang disediakan.

Jika belum berani eksplorasi, memilih signature ice cream merupakan cara aman mendapat kreasi yang lezat. Salah satu andalan gerai itu ialah chocolate devotion yakni Ice cream cokelat dicampur butiran cokelat dan brownies. Sensasi di lidah setara kelihatannya. Meski berpori-pori, es krim terasa lembut. Kekentalannya menunjukkan tingginya kadar susu.

Campuran butiran cokelat membuat makanan ini terasa ramai di mulut. Mungkin agak sedikit merepotkan karena beberapa cokelat lengket di gigi. Meski begitu manisnya tetap pas, itu mungkin karena es krim dasar yang tidak terlalu manis.

Es krim gaya campur ini juga sudah masuk buffe hotel. Hotel Shangri-La salah satunya. Meski tidak seberagam di gerai, cokelat dalam bentuk biskuit, batangan, silinder, atau stroberi juga tersedia. "Karena intinya adalah berkreasi sesukamu. Itu yang buat orang suka es krim ini. Meskipun tidak enak, tetap suka karena kreasi sendiri," kata Executive Pastry Chef Shangri-La, Guillaume Bonnety.

Pria asal Prancis itu menilai es krim vanila menjadi dasar terbaik untuk pencampuran. "Karena tidak terlalu manis," kata Bonnety yang menyebut gaya es krim itu sebagai tepanyaki, mengacu pada meja tempat pencampuran es krim.

Meja ini pula yang jadi atraksi tambahan es krim ini. Di atas meja granit berpendingin yang mirip dengan meja pengolahan tepanyaki itu, es krim dicampurkan, dicacah, hingga dimampatkan lagi. Meski begitu, es krim tidak mencair.

Es krim Italia- gelato (jamak-gelati) juga makin banyak ditemui di Indonesia. Es krim ini mengandung buah-buahan dan kadar susunya rendah lemak.

Dengan begitu, gelati terasa lebih ringan daripada es krim biasa. Alessandro Santi, chef Italia di Shangri-La, mengatakan gelati berfungsi mencuci rasa makanan sebelumnya dan memberikan rasa segar setelahnya.

Sumber :Dok.mi/OL-5 - Bintang Krisanti - Media Indonesia

Lihat juga:
Soto
Wine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar