Minggu, 14 November 2010

Enaknya Soto Kaki

Jangan mengaku penggila Soto kalau belum mencicipi soto yang satu ini. Kuah yang berwarna kuning kecokelatan sedikit kental dengan isian dengkul dan kaki sapi yang empuk gurih kenyil-kenyil. Taburan emping, kerupuk aci, irisan daun bawang dan bawang goreng membuat rasanya makin dahsyat! Bersiap-siaplah mengusap butiran keringat yang berlelehan!

Mendung yang menggelayuti Jakarta sejak pagi semakin menguatkan niat saya untuk 'nyoto' siang ini. Hmm..bayangan Soto kaki sapi yang sudah terkenal di daerah Paseban pun terlintas di benak saya. Dengan segera saya meluncur ke kawasan Paseban, Percetakan Negara, Jakarta Pusat.

Setibanya di sana ternyata warung sederhana milik H. Sarnadi ini sudah disesaki pengunjung. Untung saja masih tersisa satu tempat lagi untuk saya. Warung Soto Mencos H. Sarnadi ini memang sudah terkenal sejak lama, kurang lebih sudah 40 tahun. Tak heran jika warung ini tak pernah sepi pengunjung meskipun buka hingga pukul 8 malam.

Tumpukan dengkul dan urat kaki sapi yang sudah direbus dan dipotong-potong berada di sebuah lemari kaca. Warnanya kekuningan karena pada saat merebus sudah dicampur dengan bumbu rempah selama kurang lebih 6 jam. Sehingga bumbu sudah meresap dengan baik kedalam dagingnya.

Umumnya Soto Betawi memakai daging dan jeroan sapi (babat, paru, iso dan limpa) tetapi Soto yang satu ini justru mengandalkan dengkul, urat kaki sapi sebagai isiannya. Tentu saja bagian yang kenyil-kinyil, alot dan tak ada daging sama sekali ini perlu perlakuan khusus saat mengolahnya. Warung soto Mencos ini membuktikan bahwa yang sepelepun bisa jadi sedap tak terkira!

Soto disajikan dalam mangkuk sedang bersama dengan sepiring nasi putih hangat bertabur bawang goreng yang royal membuat saya semakin tak sabar untuk segera menyantapnya, sluurrp! Sambal cabai rawit dan acar mentimun wortel dalam stoples kaca plus irisan jeruk limau disediakan sebagai condiment yang bebas diambil sepuasnya.

Warna kuning kecokelatan sangat mendominasi warna kuah Soto-nya. Selain kaki sapi yang banyak, irisan daun bawang, tomat, emping dan kerupuk aci yang ditaburi diatasnya menambah rasa gurih Soto mencos ini. Saat kuahnya sampai di lidah, hmm.. rasa gurih dan rasa daging yang kuat langsung menyergap tenggorokan.

Apalagi setelah diaduk dengan sedikit kucuran jeruk limau dan sambal rawit merah, hmm.. rasa sedikit asam dan pedas plus aroma jeruk limau membuat rasanya makin hebat! Kuah santannya yang berwarna kuning kecokelatan ini agak sedikit kental. Rasa gurih pun cukup meresap ke dalam daging kaki sapinya. Teksturnya empuk kenyil-kenyil sama sekali tidak ada perlawanan saat dikunyah. Tambah enak saat disantap dengan nasi putih hangat dan juga acar mentimun dan bawang merah, sungguh nikmat!

Dugaan saya rasa gurihnya kuah Soto-nya juga berasal dari santan. Meskipun menggunakan santan tak lantas membuat saya jadi eneg. Soto mencos ini juga masih teramasuk dalam salah satu jenis Soto Betawi. Kalau biasanya Soto Betawi berwarna putih karena menggunakan susu atau santan, Soto betawi yang ini menggunakan santan kental serta bumbu yang mengandung kunyit sehingga kuahnya berwarna kuning kecoklatan. Tapi ada juga Soto Betawi yang warnanya sedikit kemerahan karena memakai tambahan cabai merah.

Segelas teh tawar hangat pun segera menyapu jejak Soto di tenggorokan. O ya, di warung Soto mencos milik H. Sarnadi ini jangan membayangkan berbagai jenis minuman bisa dipesan sebagai pelepas dahaga. Di tempat ini setiap pengunjung diberikan teh tawar hangat secara cuma-cuma. Pilihan lainnya hanya es jeruk dan juga beberapa jenis minuman ringan. Cukup sederhana bukan?

Soal harga, warung Soto yang terletak di Jl. Percetakan Negara No.2D, Jakarta Pusat ini memasang tarif yang cukup ramah di kantong. Seporsi Soto mencos di hargai Rp 15.000,00 harga yang relatif terjangkau bukan? Nah, kalau bingung ingin makan apa siang ini, Soto mencos H. Sarnadi mungkin bisa jadi pilihan. Dijamin kemringet merasakan sensasi sedapnya! (Eka Septia / Odi - detikfood)

Lihat juga :
Wine
Ice cream

Tidak ada komentar:

Posting Komentar